Buku Soekarno: Membaca Gagasan, Perjuangan, dan Warisan Sang Proklamator

Mengapa Buku Soekarno Masih Relevan Hari Ini
Buku Soekarno Ketika kita membicarakan tentang Soekarno, kita tidak hanya sedang membahas Presiden pertama Republik Indonesia, tapi juga seorang pemikir, orator, dan tokoh revolusi yang gagasannya membentuk arah bangsa. Tak heran jika buku Soekarno masih jadi bahan bacaan penting, baik untuk pelajar sejarah, penggiat politik, maupun masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dalam siapa sebenarnya Bung Karno.
Soekarno bukan sekadar sosok pemimpin—dia adalah ide. Dan ide itu tertuang dalam pidato, tulisan, dan tentu saja, dalam buku-buku yang menampung pemikirannya. Meskipun sebagian besar buku tentang Soekarno ditulis oleh penulis lain, ada pula buku yang berisi tulisan-tulisannya sendiri. Buku-buku ini menjadi semacam ‘jendela’ yang memperlihatkan cara berpikir dan visi besar seorang founding father Indonesia.
Di era digital dan serba cepat seperti sekarang, membaca buku Soekarno adalah cara yang sangat bermakna untuk memperlambat ritme, merenung, dan memahami akar bangsa. Ini bukan sekadar nostalgia, tapi bagian dari usaha memahami jati diri Indonesia yang dirumuskan oleh tokoh yang memimpinnya sejak kelahiran negara ini.
Buku-Buku Penting Tentang dan Oleh Soekarno

Banyak buku yang membahas tentang Soekarno, mulai dari biografi hingga kumpulan pidatonya. Salah satu yang paling terkenal tentu saja adalah “Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” yang ditulis oleh Cindy Adams. Buku ini sering dianggap sebagai otobiografi tidak resmi karena ditulis berdasarkan wawancara langsung dengan Soekarno.
Dalam buku ini, kita bisa melihat bagaimana Soekarno menceritakan masa kecilnya, perjuangan politik, hingga hari-hari penting menuju kemerdekaan. Gaya bahasanya lugas, penuh semangat, dan kadang diselingi humor khas Bung Karno. Banyak pembaca menganggap buku ini sebagai bacaan wajib untuk memahami karakter dan semangat juang Soekarno dari sudut pandangnya sendiri.
Selain itu, ada juga “Di Bawah Bendera Revolusi”, sebuah karya monumental yang memuat pidato dan tulisan Soekarno selama masa perjuangan dan masa awal kemerdekaan. Buku ini terbagi dalam dua jilid dan menjadi salah satu referensi utama untuk memahami ideologi dan pemikiran politik Soekarno. Di sinilah konsep-konsep seperti Nasakom, Marhaenisme, hingga gagasan besar tentang anti-imperialisme dijelaskan secara mendalam.
Kemudian ada pula buku-buku seperti “Soekarno: Biografi Politik” oleh John D. Legge, serta karya-karya akademis lainnya yang menganalisis peran Soekarno dalam geopolitik Asia dan dunia. Buku-buku ini memberikan perspektif luar yang kadang lebih objektif, menjadikan gambaran Soekarno menjadi lebih lengkap.
Isi Buku Soekarno: Lebih dari Sekadar Sejarah
Yang membuat buku Soekarno menarik bukan hanya karena isinya yang penuh informasi sejarah, tapi juga karena banyak di antaranya menyajikan pemikiran mendalam tentang politik, budaya, dan peradaban. Soekarno bukan hanya berbicara soal merdeka dari penjajahan, tapi juga soal merdeka dalam berpikir dan bertindak sebagai bangsa yang besar.
Misalnya, dalam tulisan-tulisannya, Soekarno sering mengangkat pentingnya persatuan dalam keberagaman. Ia sadar betul bahwa Indonesia adalah negara yang dibangun dari berbagai suku, agama, dan budaya. Oleh karena itu, ide Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, melainkan prinsip hidup yang ia perjuangkan mati-matian.
Selain itu, buku-bukunya juga banyak membahas tentang keadilan sosial, terutama bagi rakyat kecil. Soekarno sangat terinspirasi oleh rakyat biasa, yang ia sebut sebagai “kaum Marhaen”. Dalam berbagai tulisannya, ia selalu mengedepankan perlunya pemerataan ekonomi, pendidikan untuk semua, dan kedaulatan dalam segala aspek kehidupan.
Lebih jauh lagi, Bung Karno juga berbicara tentang peran Indonesia di panggung dunia. Ia membayangkan Indonesia bukan sebagai negara pinggiran, tapi sebagai pemimpin dari negara-negara yang baru merdeka. Ini bisa dilihat dari peran aktifnya dalam Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok. Semua ini terekam dengan sangat kuat dalam pidato-pidatonya yang dikompilasi dalam beberapa buku penting.
Membaca Buku Soekarno di Zaman Sekarang: Masih Perlukah?
Mungkin sebagian orang bertanya, apakah buku-buku tentang Soekarno masih relevan di tengah zaman yang sudah sangat berbeda? Jawabannya: sangat relevan. Justru di tengah krisis identitas dan kemunduran nilai-nilai kebangsaan, pemikiran Bung Karno bisa menjadi semacam “kompas” untuk kembali menemukan arah.
Banyak pemuda sekarang yang merasa kehilangan arah atau tidak lagi percaya pada politik. Nah, ketika membaca buku Soekarno, kita diajak untuk melihat bahwa politik tidak melulu kotor. Dalam pandangan Soekarno, politik adalah alat untuk membebaskan rakyat, untuk menciptakan keadilan, dan untuk membangun masa depan yang lebih baik. Cara beliau berbicara tentang rakyat—dengan cinta dan semangat—sangat menyentuh dan membangkitkan semangat kebangsaan.
Selain itu, pemikiran Soekarno soal anti-kolonialisme dan kedaulatan ekonomi juga masih sangat relevan. Di era globalisasi seperti sekarang, bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan besar—bagaimana tetap mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada kekuatan asing. Buku Soekarno memberi kita cara pandang yang kritis terhadap kekuasaan global dan pentingnya membangun kekuatan sendiri.
Dan tentu saja, soal persatuan dan keberagaman. Ketika konflik SARA masih sering muncul di media sosial dan kehidupan nyata, membaca pemikiran Soekarno bisa menjadi pengingat bahwa Indonesia berdiri bukan karena kesamaan, tapi karena semangat gotong royong dan kesediaan untuk hidup berdampingan dalam perbedaan.
Tips Memulai Membaca Buku Soekarno untuk Pemula
Kalau kamu baru mulai tertarik dengan buku Soekarno, jangan langsung loncat ke yang berat seperti Di Bawah Bendera Revolusi. Mulailah dengan yang lebih ringan dan naratif seperti “Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat”. Buku ini cocok untuk pembaca umum karena menggunakan gaya bahasa yang lebih mengalir dan banyak bercerita tentang kehidupan pribadi Soekarno.
Setelah itu, kamu bisa lanjut ke kumpulan pidato-pidatonya, yang memang penuh semangat dan kadang retoris, tapi sangat menggugah. Pidato-pidato seperti “To Build the World Anew” atau “Ganyang Malaysia” bisa memberi kamu gambaran betapa kuatnya jiwa kepemimpinan Bung Karno.
Jika kamu tertarik untuk mendalami aspek ideologinya, barulah kamu masuk ke buku-buku seperti Di Bawah Bendera Revolusi, atau buku-buku analisis politik yang ditulis oleh penulis luar dan dalam negeri. Buku ini memang lebih “berat”, tapi sangat cocok buat kamu yang ingin memahami fondasi pemikiran Indonesia modern.
Jangan lupa juga untuk sesekali mendiskusikannya dengan teman, dosen, atau komunitas pembaca. Karena membaca buku Soekarno tidak hanya soal membaca teks, tapi juga soal memahami konteks sejarah dan implikasinya di masa kini.
Kesimpulan: Buku Soekarno adalah Warisan Intelektual Bangsa
Buku Soekarno bukan sekadar dokumen sejarah, tapi juga warisan intelektual yang seharusnya terus dibaca, dipahami, dan diperbincangkan. Gagasan-gagasannya masih terasa hidup, terutama ketika kita hadapkan dengan berbagai persoalan bangsa saat ini: mulai dari identitas nasional, keadilan sosial, hingga kemandirian ekonomi dan politik.
Membaca buku Soekarno adalah seperti menelusuri benang merah perjuangan bangsa. Kita akan menemukan semangat, keberanian, idealisme, dan tentu saja, cinta yang luar biasa terhadap Indonesia. Sebuah cinta yang tidak hanya diwujudkan dalam kata-kata, tapi dalam tindakan nyata sepanjang hidupnya.
Jadi, kalau kamu belum pernah membaca buku Soekarno, mungkin sekarang saat yang tepat. Bukan hanya untuk tahu siapa beliau, tapi juga untuk belajar mencintai Indonesia dengan cara yang lebih dalam dan sadar. Karena seperti kata Bung Karno sendiri:
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.”
Dan salah satu cara paling nyata untuk menghargai Bung Karno adalah dengan membaca dan memahami pemikirannya.